JaranTamasa001_010

ReadAboutContentsHelp
JaranTamasa001_010

Pages

11
Complete

11

Adapun akan Jaran Tamasa Tiadalah ia melihat termasa [temasya] Hatinya kepada Ken Lam Lam Arsa Hancur luluh kepada rasa

Bagaimanakah gerangan peri dayaku Akan bertemu dengan jiwaku Aria ningsun nyawa badanku Hatinya kakang kepada tuanku

Aria ningsun emas juita Tuan pandang apalah beta Kerlinglah kakang dengan ekor mata Akan bekal kakanda bercinta

Seballah hati Jaran Tamasa Tiada dipandang oleh Ken Lam Lam Arsa Tunduk mengeluh tiada berasa Pilu belas kepada rasa

Lalu tunduk makan pinang Itupun tidak hatinya senang Mengangkat ulu sambil memandang Bertemu mata sama bertentang

Tersenyum manis Jaran Tamasa Oleh memandang Ken Lam Lam Rasa Seperti segunung kepada rasa Tiadalah ia takutkan dosa

Terlalu sekali sukacita Seperti hendak duduk serta Dikecap dengan ekor mata Lupalah ia akan Sang Nata

Tunduk malu Ken Lam Lam Rasa Hatinya berdebar2 terlalu rasa

Last edit over 3 years ago by Mulaika Hijas
12
Complete

12

Melihat kelakuan Jaran Tamasa Seperti orang yang sudah biasa

Tiadalah mau ia lagi memandang Rasanya takut tiada kepalang Di dalam hatinya terlalu walang Pilukan muda paras gemilang

Tunduk mengeluh Jaran Tamasa Seperti orang yang putus asa Melihatkan laku Ken Lam Lam Arsa Olehnya malu-malu bahasa

Bertambah berahi bagai disepuh Rasa hatinya hancur luluh Tunduk berfikir sambil mengeluh Disamarkan dengan menyapu peluh

Sangatlah gundah di dalam dada Olehnya sudah terkena guna “Emas merah tuan adinda, Mengapa tiada memandang kekanda?

Tiadalah rupanya tuan kasihan. Kekanda seperti mabuk cendawan. Aria ningsun emas tempawan, Jika mati pun kerana tuan.

Tuanku bawa badan kekanda, Memberi penyakit di dalam dada. Jika lambat bertemu dengan adinda, Matilah kakak demikianlah ada.

Jika tiada tuan tambari Hilanglah kakak dengan berahi Tuanku yang seperti bidadari Gilalah kekanda seorang diri.”

Last edit over 3 years ago by Mulaika Hijas
13
Complete

13

Seperti hendak diribanya Daripada takut ditahaninya Sebab sangat menahan hatinya Sepertikan hilang rasa jiwanya

Setelah hari sudahlah petang Dian dan tanglung sekalian terpasang Gemerlapan rupanya seperti bintang Cahayanya terang seperti siang

Terkena sinar cahaya dian Rupanya durja kilau-kilauan Bertambah elok muda bangsawan Seperti bunga anggerik awan

Disinar oleh matahari Ketika terpancar pagi hari Jaran Tamasa belas seorang diri Tiadalah karar hati berahi

Seperti mabuk kecubung kepada rasa Memandang paras Ken Lam Lam Arsa Yang dipandang tunduk malu bahasa Tiada mau memandang Jaran Tamasa

Takut di bawa [?] ia tersenyum Paras seperti Sang Bima ny-m [anum?] Telah sudah makan dan minum Berangkat masuk ratu enam

Masuk ke istana laki isteri Masing-masing pulang ke rumah sendiri Pulanglah penggawa sekalian menteri Diiringkan dayang anakan menteri

Adapun akan Jaran Tamasa Berjalan pulang dengan letih lasa

Last edit over 3 years ago by Mulaika Hijas
14
Complete

14

Sampai ke balai kembang rajasa Dinaung oleh pohon seamendarasa

Serta datang merebahkan diri Seperti tiada tertambari Selaku pengsan menahan berahi Datang pengasuhnya Da[ng?] Sundari

Disambut tangan lalu dipegang Ditanggalkan keris dari pinggang Diurainya sabuk geringsing wayang Terkejutlah hatinya tiada kepalang

Seraya berkata: “Bangunlah, tuan. Mengapa demikian gerangan kelakuan Seperti orang mabuk cendawan Merebahkan diri tiada berketahuan.”

Lalu berkata Jaran Tamasa Ngilu kepala kulit dan lasa. “Janganlah kakak aku diperiksa Sebal hatiku pula rasa.”

Renjaka membawa air di sangku Membasuh kaki tuannya itu Katanya, "Mengapa gerangan tuanku Rusak hatiku melihat laku?"

Jaran Tamasa pun memeluk bantalnya Serasa orang yang di berahikannya Dilihatnya bukan orang yang dipeluknya Bantal itu pun di tepiskannya

Berapa [dihilang?] dilupakannya Di hapus-hapuskan daripada citanya Tiada juga lenyap pada hatinya “Apa juga kesudahannya

Last edit over 3 years ago by Mulaika Hijas
15
Complete

15

Jika tiada ku peroleh seperti kehendakku tiadakan hidup kepada rasaku. Jika ku boleh pun kehendak hatiku Sahajakan akan memati nyawa badanku.

Kerana orang yang aku berahi Umpama bunga di dalam duri. Jika bawalah pun lukalah lagi Apatah daya aku nan lagi

Sudahlah untung yang demikian Inilah rupanya jalan kemudian Kehendak dibuat sudah sekian Dimana dapatku salahkan.”

Mengeluh mengucap tiada berketahuan [dihiburnya?] mengidung perlahan-lahan Asmara Netaka [?} nama kidungan Suaranya manis memberi rawan

Merdu seperti bunga kembang [Merangu? miring?] kuntum yang belum kembang Kidungan diselang dengan menembang Makin bertambah rasanya bimbang

Kata Renjaka: “Mengapakah tuan Seperti orang igau-igauan Seperti laku mabuk cendawan Tiada pe[r]nah demikian kelakuan.

Jika tuan ngilu kepala mengapa tuan mengidung pula? Memberi sebal di hati kawula Tiada seperti sedia kala.

Apa juga sebabnya tuan Keluh kesah tiada berketahuan?

Last edit over 3 years ago by Mulaika Hijas
Displaying pages 11 - 15 of 19 in total